Senin, 14 Juni 2010

makalah global warming

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan pada cuaca yang terjadi pada belakangan ini telah mengakibatkan banyak hal. Hal itu tidak hanya mempengaruhi pertanian yang bergantung pada musim, tapi juga menimbulkan berbagai jenis penyakit.

Perubahan cuaca tersebut hanya satu contoh dampak yang dilahirkan perubahan iklim global. Perubahan iklim global tidak hanya terjadi di Indonesia, namun hamper di semua belahan Bumi. Tetapi, perubahan iklim itu terjadi disebabkan hal lain, yaitu pemanasan global.

B. Rumusan Masalah

Pemanasan global (global warming) merupakan pemicu terjadinya perubahan iklim di seluruh belahan Bumi, termasuk Indonesia. “Apasih sebenarnya pemicu terjadinya pemanasan global saat ini?” dan “Dampak apa saja yang ditimbulkan oleh pemanasan ini bagi Indonesia?”

C. Tujuan Penulisan

Secara umum tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen pengajar Bahasa Indonesia, adapun secara khusus yaitu :

1. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman penulis dan pembaca mengenai pemanasan global dan Indonesia

2. Untuk memberikan serta menambah informasi dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

D. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup pembahasan makalah ini, yaitu :

1. Apa itu pemanasan global (global warming)?

3. Pengaruh global warming bagi Indonesia.

4. Landasan hukum yang terkait dengan pemanasan global.

5. Upaya-upaya pencegahan pemanasan global.

E. Metode Penulisan

Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan yaitu mengambil materi pembelajaran dari buku-buku dan internet.

II. PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)

A. Pengertian Global Warming

Global Warming (Pemanasan Global) adalah proses peningkatan suhu rata-rata, atmosfer, laut, dan dataran bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 oC(1.33 ± 0.32 oF) atau dari 15oC menjadi 15.6oC selama seratus tahun terakhir.

Hasil pengukuran yang lebih akurat oleh Stasiun Meteorologi dan juga data pengukuran satelit sejak tahun 1957, menunjukkan bahwa sepuluh tahun terhangat terjadi setelah tahun 1980, tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun1990. Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) menyim-pulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.” Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut. Secara kuantitatif nilai perubahan temperatur rata-rata bumi ini kecil tetapi dampaknya sangat luar biasa terhadap lingkungan.

Meningkatnya suhu global ini mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan seperti meningkatnya permukaan air laut , perluasan gurun pasir, punahnya flora dan fauna tertentu, pelelehan es di kutub, dan sebagainya.

B. Penyebab Global Warming

Pemanasan global disebabkan oleh beberapa factor,penyebab utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas CO2 (karbon dioksida) dan gas-gas lainnya seperti metana(CH4), N2O, belerang, dan CFC. Pelepasan gas-gas tersebut telah menyebabkan munculnya fenomena yang disebut dengan efek rumah kaca( Green House Effect).

Beberapa penyebab pemanasan global, yaitu:

1. Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca terjadi karena gas-gas yang dilepaskan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil bersifat seperti rumah kaca. Rumah kaca bersifat meloloskan radiasi gelombang pendek dari radiasi matahari, tetapi akan menahan pantulan radiasi matahari tersebut yang setelah mencapai permukaan bumi, berubah menjadi radiasi gelombang panjang. Selama matahari bersinar, akan terjadi akumulasi radiasi sehingga temperature di dalam rumah kaca semakin panas.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari temperaturnya semula,

3

jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer akan meng-akibatkan pemanasan global.

2. Efek Umpan Balik

Umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, ke-lembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghanga. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.

Untuk mengetahui efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan hal tersebut tergantung pada tipe dan ketinggian awan tersebut. Hal ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

3. Peternakkan

Beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung ter-hadap pemanasan yang kita alami dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, pembangkit tenaga listrik serta pembabatan hutan.

Menurut Laporan PBB tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, "industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). " Hampir seperlima (20%) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini me-lampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia!

Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen karbon dioksida, 37 persen gas metana (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), serta 65 persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296 kali lebih lebih kuat dari CO2). Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.

Peternakan juga telah menjadi penyebab utama dari kerusakan tanah dan polusi air. Saat ini peternakan menggunakan 30 persen dari permukaan tanah di Bumi, dan bahkan lebih banyak lahan serta air yang digunakan untuk menanam makanan ternak.

Menurut laporan Bapak Steinfeld, pengarang senior dari Organisasi Pangan dan Pertanian, Dampak Buruk yang Lama dari Peternakan - Isu dan Pilihan Lingkungan (Livestock's Long Shadow-Environmental Issues and Options), peternakan adalah "penggerak utama dari penebangan hutan .... kira-kira 70 persen dari bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, (IPCC) Inter-governmental Panel on Climate Change menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 oF) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer.

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.

C. Dampak Global Warming

Dampak pemanasan global yang terjadi di setiap Negara berbeda karena faktanya iklim di setiap Negara berbeda yaitu terdiri dari tropik dan subtropik. Di daerah subtropik dampak pemanasan global terutama terjadi pada perubahan suhu yang makin ekstrim saat musim panas dan musim dingin. Sedangkan di daerah tropik terutama berpengaruh terhadap pergesiran musim serta meningkatnya kasus wabah penyakit. Dampak yang dirasakan Negara kepulauan adalah ancaman berkurangnya panjanggaris pantai akibat meningkatnya permukaan air laut karena mencairnya lapisan es di kutub.

Dampaknya beragam, seperti dampak terhadap cuaca, tinggi muka laut, pertanian, flora dan fauna, dan kesehatan manusia.

1. Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah

hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pema-nasan (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

2. Peningkatan Permukaan Laut

Global warming akan mencairkan banyak es di kutub. Akibatnya, Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20 dan para ilmuan IPCC memprediksi pening-katan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Kenaikan tinggi permukaan laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.

Menurut perhitungan para ahli IPCC,”kenaikan 100cm permukaan laut akan menenggelamkan 6% daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan ribuan pulau kecil di Indonesia akan tenggelam.” (Arianto Sam, --Maret 2008).

Akibat yang ditimbulkan peningkatan air laut, yaitu:

a) Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.

b) Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove.

c) Meluasnya intrusi air laut.

d) Ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir.

e) Berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.

3. Pertanian

Bumi yang hangat akan menghasilkan banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal tersebut tidak sama beberapa tempat. Mungkin ada yang mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4. Gangguan Ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan punah.

5. Kesehatan Manusia

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

III. PENGARUH GLOBAL WARMING BAGI INDONESIA

Pemanasan global yang bermuara pada perubahan iklim khususnya di Negara kita sungguh memiliki dampak yang sangat serius. Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global yang dibuktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi. “Pemanasan tersebut bisa mengakibatkan kemarau panjang, banjir, merosotnya produktivitas pertanian, tenggelamnya pulau dan mewabahnya malaria.” Kata Direktur Eksekutif Pelangi Agus Pratama Sari (16-Oct-2002; 13:09).

A. Dampak Pemanasan Global bagi Negara Kita

1. Perubahan Iklim

a. Peningkatan temperatur Bumi

IPCC mengatakan bahwa kenaikan suhu Bumi periode 1990 – 2005 antara 0,15 – 0,13 oC, jika kondisi ini dibiarkan maka diprediksikan periode 2050 – 2070 suhu Bumi akan naik pada kisaran 4,2 oC.

b. Kenaikan suhu udara

Peningkatan suhu juga diperkirakan membuat musim kemarau Indonesia semakin panjang dan memunculkan bencana kekeringan sehingga gagal panen, krisis air bersih, dan kebakaran hutan. Sebaliknya musim hujan semakin pendek, tapi dengan curah semakin tinggi sehingga bisa menyebabkan banjir. Dari BMG menyebutkan, februari 2007 merupakan periode dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir di Indonesia.

Di awal tahun 2010 ini beberapa daerah bagian barat Indonesia diterpa badai yang besar seperti daerah Jawa Timur yang mengakibatkan banyak rumah yang hancur dan pohon-pohon tumbang sehingga mengakibatkan aliran listrik terhenti.

Pengaruh kenaikan suhu udara rata-rata secara global sangat berpengaruh terhadap terjadinya kekeringan. Kekeringan selain berdampak terhadap lahan pertanian dan vegetasi juga menye-babkan mudahnya terjadi kebakaran hutan. Kekeringan juga te-lah mengubah habitat lingkungan. Banyak kawasan rawa dan -danau yang mengering, hutan lebat merubah menjadi hutan -biasa, hutan biasa menjadi sabana dan sabana menjadi semak belukar.

2. Pertanian

a. Mengubah pola presipitasi, penguapan, air limpasan, dan kelembaban tanah.

b. Risiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tanaman.

c. Terancamnya ketahanan pangan

Ketahanan pangan adalah salah satu titik perhatian kita sebab kelangsungan Negara ini bertumpu pada ketersediaan padi disamping alternatif bentuk pangan lain seperti umbi-umbian dan biji-bijian. Misalnya, di Jawa Tengah produksi padi dari 8.729.291 ton (2006) menjadi 8.378.854 ton (2007), penurunan sebesar 350.436 ton.

3. Kelautan

a. Naiknya permukaan air laut (bisa menenggelamkan daerah pesisir yang produktif).

Kenaikan permukaan air laut dapat menyebabkan semakin meluasnya daerah yang terkena banjir.

Tanpa adanya upaya pencegahan maka kita akan kehilangan 2.000 pulau karena air laut akan naik pada ketinggian 90 cm. Tadinya kita memiliki 17.504 pulau tapi kini tinggal 17.480 pulau.” (sumber : kompas.com)

b. Pemanasan air laut yang mempengaruhi keanekaragaman hayati laut.

c. Peningkatan jenis penyakit yang dibawa melalui air dan vektor.

Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan munculnya penyakit-penyakit. Penyakit yang paling jelas terlihat seperti penyakit demam berdarah, diare, malaria, kolera, dan virus.

4. Flora dan Fauna

a. Terjadinya perubahan habitat.

b. Kepunahan pada flora maupun fauna.

Adanya penebangan liar (illegal logging), pengalihan fungsi lahan, eksploitasi hutan yang berlebihan, dan akibat dari bencana-bencana alam. Akibatnya flora maupun fauna berkurang karena tempat mereka dialih fungsikan. Bagi hewan yang tidak bisa ber-adaftasi dengan lingkungan baru maka akan punah dan sebaliknya.

5. Pertahanan dan Keamanan

Indonesia yang memiliki posisi strategis yang berada di persilang-an dunia dapat menjadi suatu kerawanan. Sehingga, bila terjadi per-pindahan penduduk akibat bencana alam, maka beberapa tempat di ke-pulauan Indonesia dapat menjadi tujuan migrasi. Benca alam pun ter-kadang menyebabkan di beberapa daerah di Indonesia terjadi pemadaman listrik. Jika, hal ini terus terjadi maka akan mengganggu kestabilan/keamanan Negara.

B. Kerangka Hukum Pencegahan Pemanasan Global

Terdapat beberapa kelompok yang menyuarakan keinginan kembali ke alam untuk menyelamatkan Bumi.Kerjasama internasional telah dilakukan di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca. Pada tahun 1997 Conference of Parties to UNFCCC di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Pada tahun 2007 di Nusa Dua Bali, Indonesia diadakan pertemuan UNFCCC kembali.

Saat ini Indonesia telah meletakkan beberapa institusi hukum yang terkait dengan pemanasan global seperti :

1. UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

3. UU No.30 Tahun 2007 Tentang Energi.

4. UU 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

5. Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2007 Tentang Panas Bumi.

6. Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas PP No.35 Tahun 2002 Tentang Dana Reboisasi,

7. PP No.6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan

8. UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

Di beberapa daerah juga terdapat peraturan yang terkait dengan pemanasan global seperti: Perda Kabupaten Lampung Barat No.18 tahun 2004 tentang Pengelolaan SDM dan Lingkungan Hidup Berbasis Masyarakat. Perda Kabupaten Lampung Timur No.3 Tahun 2002 tentang Rehabilitasi Pesisir, Pantai, dan Laut dalam Wilayah Kabupaten Lampung Timur

Pencegahan pemanasan global harus mengedepankan aspek sinergitas dari institusi hukum internasional, institusi hukum nasional, dan institusi hukum di daerah.

C. Pencegahan Pemanasan Global

Tahun 2009 menjadi tahun yang penting bagi bangsa Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim. Sepanjang tahun 2009, telah diadakan serangkaian perundingan internasional untuk menetapkan kesepakatan baru mengenai penanggulangan perubahan iklim. Perunding-an diawali di Born, Jerman pada 29 Maret – 8 April yang diakhiri pada bulan Desember di Kopenhagen, Denmark.

Hari Bumi 2009 pada 22 April dijadikan momentum lahirnya Green Generation Campaign (Kampanye Generasi Hijau). Prinsip Green Generation yaitu memperjuangkan bebas emisi gas rumah kaca (GRK) pada masa mendatang dengan menggunakan energi ramah lingkungan yang menggantikan bahan bakar fosil seperti BBM dan batu bara.

Usaha-usaha praktis dan sederhana untuk ‘mendinginkan’ Bumi, seperti :

1. Mematikan listrik antara di dua titik pada pukul 17.00 s/d 22.00

2. Ganti bola lampu ke jenis CFL

3. Hemat energy dengan cara selektif menggunakan peralatan elektronik

4. Kurangi pemakaian mobil/kendaraan pribadi

5. Kurangi pemakaian kemasan plastic

6. Hemat penggunaan kertas

7. Memilih dan mengelola sampah rumah tangga

8. Menanam pohon di halaman rumah

9. Jemur pakaian di luar

10. Jika pakai AC tutup pintu dan jendela dan atur suhu sekitar 21-24oC.

IV. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemanasan global (global warming) adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata, atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Hal ini diakibatkan oleh akumulasi dari emisi buangan ke udara berupa gas-gas CO2, CFC, metana, dan lain-lain yang menyebabkan efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon akibat pencemaran yang mengakibatkan radiasi matahari yang memanasi Bumi tanpa atau hanya sedikit terfilter oleh lapisan ozon.

Perubahan iklim terjadi hampir di semua belahan Bumi, termasuk Indonesia. Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global yang di-buktikan dari berbagai perubahan iklim maupun bencana alam yang terjadi.

Di Indonesia bencana alam banyak terjadi akibat kesadaran masyarakat yang lemah, seperti pembalakan liar, kebakaran hutan, dan pembuangan CO2. Agar bencana alam dapat diminimalisir diperlukan sinkronisasi antara pemerintah, dunia usaha, dan individu.

Dampak yang dirasakan oleh negara Indonesia, seperti :

1. Perubahan iklim

2. Pertanian

3. Kelautan

4. Flora dan fauna

5. Pertahanan dan keamanan

B. Saran

Pemanasan global ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup di Bumi. Kita sebagai generasi muda khususnya bisa menjaga Bumi ini karena masa depan kita, masa depan anak cucu kita sangat tergantung kepada bagaimana kita menjaga dan melestarikan lingkungan. Semoga kita akan lebih sadar dan peduli bagaimana menjaga kelestarian alam dan lingkungan, mulai dari lingkungan terdekat dengan cara menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan dan hal bermanfaat lainnya terhadap lingkungan.

Mulailah dari diri kita sendiri, masyarakat dan bangsa kita tidak akan berubah dan pada akhirnya semua manusia di Bumi tidak juga berubah kalau tidak ada yang memulainya. Mari kita mulai dari sekarang juga.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Bila Pulau-Pulau di Indonesia Tenggelam,” Suara Pembaharuan. Minggu, 17 Juni 2007

Antara, dilihat pada http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1533-30-penyakit-baru-muncul-akibat-pemanasan-global.html

Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Firmansyah, dilihat pada http://firmansyah11.wordpress.com/category/usaha-mengatasi-global-warming/

ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/010/a701e/a701e02.pdf

http://byraymond.wordpress.com/2009/02/04/pengaruh-global-warming

http://byraymond.wordpress.com-global

http://handy.hagemman.com/index.php/2007/12/01/dampak-pemanasan-global-bagi-indonesia/

http://keyblog-okeblog.blogspot.com/2009/02/reboisasi-hutan-sebagai-salah-satu.html

http://meylya.wordpress.com/2008/01/22/dampak-pemanasan-global

http://theowordpower.wordpress.com/2008/04/19/dampak-pemanasan-global-bagi-indonesia/

http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1531-green-festival-aksiku-untuk-bumi-kampanye-pencegahan-pemanasan-global.html

http://www.selamatkanbumi.blospot.com/2007/12

Kompas (2005). “Terungkap, Bukti Pemanasan Global”, edisi Senin 2 Mei 2005, http://www.kompas.com/teknologi/news/0505/02/132323.html

Liputan6 SCTV, diakses pada 20 Desember 2009 dilihat pada http://tekno.liputan6.com/berita/200911/252944/sendawa.biri.biri.penyebab.pemanasan.global

Pelangi in The Media. Dampak Pemanasan Global Indonesia Hancur, diakses pada 20 Desember 2009, http://pelangi@pelangi.or.id

Rhea, Sissy. Pemanasan Global, diakses pada 24 Desember 2009, http://id.answer.yahoo.com/question/index

Rudy, Membangun Kerangka Hukum Mengenai Pencegahan Pemanasan Global di Daerah, http://rechtboy.wordpress.com//2009/01/21

Sam, Arianto. 2008. Pengertian Global Warming, diakses pada 24 Desember 2009, http://www.sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertianglobal-warming

Susanto, G. & Sutjahjo, H. (2007). Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global?. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tim Penyusun. 2004. Geografi Kelas X SMA. Klaten: Cempaka Putih

Wikipedia, diihat pada http://.id.wikipedia.org/wiki/pemanasan-global

Yandi, M.R., Fikri, A. & Mawuntyas, D. (2007). Lantaran Suhu Bumi Memanas: Pemanasan Global Mengancam Produksi Pangan, Penyakit Bakal Bermunculan, Jakarta: Tempo 27 Mei 2007, hal. 93.